Assalamu'alaikum wr. wb.
Hadir kembali Blog Kisah Teladan Islami di sore hari ini dengan mengangkat judul Kisah Wafatnya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Pada waktu Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani merasakan sakaratul maut, jasadnya juga merasakan sakit. Akan tetapi tidak dengan hatinya. Saat itu hatinya benar-benar merasa sangat dekat dengan Allah SWT.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani kemudian tumbuh menjadi seorang ulama sufi yang kemasyurannya setingkat dunia. Ia memiliki pribadi yang teguh dalam berprinsip, sang pencari sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapa saja dan dengan resiko apapun.
Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf, hingga ia mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Dalam belasan karya orisinilnya, dapat dijumpai jejak Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
"Berilah aku wasit wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepeninggal ayah nanti?" tanya putra sulungnya Abdul Wahab.
"Engkau harus senantiasa bertakwa kepada Allah. Janganlah takut kepada siapapun kecuai kepada Allah. Setiap kebutuhan, mintalah kepadaNya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah," jawab sang ayah yang saat itu tengah menghadapi sakaratul maut.
"Aku diumpamalan seperti batang tanpa kulit. Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama batinku," sambung Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
"Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah."
Tak lama berselang, putranya yang lain yang bernama Abdul Jabar, bertanya,
"Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?"
Syeikh Abdul Qadir menjawab,
"Seluruh anggota tubuhku terasa sakit, kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat sakit, sedangkan ia benar-benar bersama Allah."
Kemudian Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menyambung lagi.
"Mintalah tolong kepada Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia. Dialah Dzat yang Hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena kehilangan."
Akhirnya kematian pun segera menghampiri Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau menghembuskan nafas terakhir di Baghdad setelah maghrib tanggal 9 Rabiul Awal 561 H atau 15 Januari 1166 M. Sang Syeikh meninggal dala usia 89 tahun.
Demikian kisah detik-detik terakhir meninggal Sang Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Hadir kembali Blog Kisah Teladan Islami di sore hari ini dengan mengangkat judul Kisah Wafatnya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Pada waktu Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani merasakan sakaratul maut, jasadnya juga merasakan sakit. Akan tetapi tidak dengan hatinya. Saat itu hatinya benar-benar merasa sangat dekat dengan Allah SWT.
Berikut Kisahnya
Syeikh Abgul Qadir Al-Jailani merupakan salah seorang ulama Ahlussunnah yang berasal dari Negeri Jailan. Kepada negeri inilah beliau dinasabkan sehingga disebut "Al-Jailani" yang artinya seorang yang berasal dari Negeri Jailan. Ia lahir pada hari Rabu, Bulan Ramadan 470 H atau 1077 M.Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani kemudian tumbuh menjadi seorang ulama sufi yang kemasyurannya setingkat dunia. Ia memiliki pribadi yang teguh dalam berprinsip, sang pencari sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapa saja dan dengan resiko apapun.
Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf, hingga ia mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Dalam belasan karya orisinilnya, dapat dijumpai jejak Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Pertanyaan Sang Anak
Selain banyak mewarisi karya tulis, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani meninggalkan beberapa nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan."Berilah aku wasit wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepeninggal ayah nanti?" tanya putra sulungnya Abdul Wahab.
"Engkau harus senantiasa bertakwa kepada Allah. Janganlah takut kepada siapapun kecuai kepada Allah. Setiap kebutuhan, mintalah kepadaNya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah," jawab sang ayah yang saat itu tengah menghadapi sakaratul maut.
"Aku diumpamalan seperti batang tanpa kulit. Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama batinku," sambung Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Hatinya Dekat dengan Allah SWT
Sementara itu, putranya yang lain yang bernama Abdul Aziz terlihat akan bertanya kepada ayahnya, namun belum sempat berucap, Syeikh Abdul Qadir Aljailani langsung menyahut,"Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah."
Tak lama berselang, putranya yang lain yang bernama Abdul Jabar, bertanya,
"Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?"
Syeikh Abdul Qadir menjawab,
"Seluruh anggota tubuhku terasa sakit, kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat sakit, sedangkan ia benar-benar bersama Allah."
Kemudian Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menyambung lagi.
"Mintalah tolong kepada Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia. Dialah Dzat yang Hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena kehilangan."
Akhirnya kematian pun segera menghampiri Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Beliau menghembuskan nafas terakhir di Baghdad setelah maghrib tanggal 9 Rabiul Awal 561 H atau 15 Januari 1166 M. Sang Syeikh meninggal dala usia 89 tahun.
Demikian kisah detik-detik terakhir meninggal Sang Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Comments
Post a Comment